Bubarkan FPI, Bijakkah?
Posted by Rhodoy R Ediyansyah on Minggu, 26 Februari 2012 | 0 komentar

SEBAGAI negara demokrasi, tentu Indonesia memberikan kesempatan luas bagi warganya untuk berserikat dan berpendapat. Hal ini jelas terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Maka bila ada sekelompok orang yang berserikat dan berpendapat, hal itu sah saja.
Begitu pun dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang namanya mencuat di media belakangan ini, Front Pembela Islam. Ormas bentukan Habib Rizieq ini menjadi ormas yang seringkali diberitakan buruk oleh media. Front Pembela Islam, biasa disingkat FPI ini, dilabel sebagai ormas dengan sikap anarkis, biang onar, dan pencetus kerusuhan. Media memberitakan seperti itu, hingga masyarakat dibuat resah oleh keberadaan ormas yang satu ini.
Ditambah pemicu penolakan terhadap FPI di Kalimantan Tengah, media mengarahkan kita untuk ikut angguk setuju dan berteriak lantang, "Bubarkan saja FPI! Merusak citra Islam, meresahkan masyarakat, tidak mencerminkan orang Indonesia yang ramah dan baik budinya! Kita ingin Indonesia bebas dari tindakan anarkis!"
Bubarkan FPI? Bijakkah?
Jika selama ini yang salah adalah oknumnya, maka hal yang harus dilakukan adalah menangkap oknum tersebut. Bila hal yang kita lakukan adalah membubarkan ormas tersebut, tidak ada efek jera dan pendidikan, karena mereka bisa segera membentuk ormas baru dengan nama berbeda tapi tanpa perubahan baik. Bijakkah?
Tujuan mereka baik, penulis yakini itu. Mungkin cara mereka yang salah. Ah tapi kata siapa? Hukuman potong tangan di Arab untuk perbuatan mencuri nyatanya cukup efektif dan memberikan efek jera. Jangan-jangan karena kita yang terlalu bengkok hingga rasanya perlu diingatkan dengan cara yang demikian keras.
Ada hal yang patut disayangkan, masyarakat kita tidak tahu bahwa FPI pun melakukan banyak kegiatan sosial yang baik dan tanpa anarkis. Ketika bencana tsunami menimpa Aceh, tahukah kita bahwa ternyata FPI jadi salah satu barisan terdepan mengangkat mayat yang semakin membusuk? Jangan-jangan ormas tersebut kita rugikan karena nyata diberi label anarkis tanpa mau melihat sisi terang selain sisi gelapnya.
Sebagai mahasiswa, tentunya kita harus cerdas dan kritis sebelum akhirnya menentukan sikap. Penulis sendiri bukan simpatisan FPI, tetapi rasanya bodoh kalau kita tertipu pemberitaan media yang penuh kepentingan. Lebih bijak, kita mencari informasi sebanyak-banyaknya kemudian menentukan sikap. Sekali lagi, bubarkan FPI? Bijakkah?
Penulis curiga, jangan-jangan Indonesia masih butuh FPI. Terkadang kita butuh diingatkan dengan cara keras, tentunya karena hukum negeri kita berjalan karut marut. Seandainya negara kita menjalankan hukum dengan efektif, mungkin saja ormas seperti FPI pun bubar dengan sendirinya karena tidak lagi memiliki tugas.
Jika alasan pembubaran FPI adalah untuk kebebasan. Kebebasan yang seperti apakah yang diinginkan? Apakah kebebasan yang tidak bertanggung jawab? Atau kebebasan seperti apa lagi yang hadir jika tak ada semangat untuk saling mengingatkan? Tentunya FPI sendiri pun tidak suci seperti malaikat. Mungkin ada cara yang salah, yang tentunya perlu diperbaiki. Perlunya dilakukan introspeksi diri, melakukan perbaikan jadi lebih baik. Mungkin rasanya perlu rekomitmen, bahwa ormas ini berdiri untuk kebaikan.
Membubarkan FPI tidak jadi solusi masalah di Indonesia, moral bangsa tak akan lebih baik apabila hanya membubarkan ormas yang dianggap anarkis. Perbaiki yang masih bisa diperbaiki. Lakukan hal yang bisa mencegah keburukan berkembang semakin liar. Karena orang pandai memang diciptakan untuk menyelesaikan masalah, tapi yang bijak ada untuk menghindari masalah itu terjadi.
Haniva Az Zahra
Mahasiswa Psikologi
Universitas Indonesia
Mari Berbagidengan sesame => Share
0 komentar for "Bubarkan FPI, Bijakkah?"
Leave a reply